Kata motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Orang dapat termotivasi makan apabila sedang lapar, pergi ke mall hari ini, mendapatkan nilai IPS yang lebih baik semester ini, atau memperbaiki kondisi lingkungan hidup di sekitar rumah tinggal mereka. Dengan kata lain, kata motivasi dapat dikenakan pada perilaku dalam suatu ragam atau rentang situasi yang sangat luas.
Seseorang menggunakan konsep motivasi untuk memerikan suatu kecendrungan umum yang mendorong ke arah jenis tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi sering di pandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Sejumlah orang termotivasi untuk berprestasi, sebagian yang lain termotivasi untuk bergaul dengan orang lain dan mereka menyatakan motivasi ini dalam berbagai cara yang berbeda. Motivasi sebagai suatu karakteristik yang stabil merupakan konsep yang agak berbeda dari motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi tertentu. Sebagai misal, seseorang dapat dimotivasi untuk makan apabila telah cukup lapar (motivasi situsional), namun sejumlah orang umumnya lebih tertarik pada makanan daripada yang lain (motivasi sebagai suatu karakteristik pribad atau motivasi kepribadian). Hal ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situsional dan motivasi kepribadian tidak berhubungan. Motivasi sebagai sutu karakteristik pribadi (motivasi kepribadian) sebagian besar merupakan hasil dari sejarah seseorang (motivasi situsional). Lihat juga Motivasi Belajar dan Teori Atribusi
Sebagai contoh, anak-anak yang dipuji oleh orang tua dan guru mereka karena menunjukkan minat terhadap lingkungan di sekitar mereka, berhasil di sekolah, membaca cukup baik dan menikmati membaca, dan menemukan isi buku yang menarik dan berguna, mereka akan mengembangkan suatu cinta belajar sebagai suatu ciri kepribadian umum dan akan membaca serta belajar meskipun tidak ada seorangpun mendorong mereka untuk melakukan hal itu. Bagaimanapun juga, ciri kepribadian ini merupakan hasil sejarah panjang dari motivasi situsional untuk belajar, McCombs, 1991. Hal ini mengandung arti bahwa apabila, karena terjadi suatu sejarah yang sangat berbeda dari sejarah yang baru saja dicontohkan di atas, misalnya ada seorang anak yang gagal untuk mengembangkan perasaan cinta untuk belajar sebagai suatu karakteristik pribadi, maka cinta belajar itu masih dapat ditanamkan pada diri anak itu dan kemudian menjadi kepribadian anak itu. Sebagai misal, banyak anak-anak yang berasal dari keluarga di mana belajar tidak dihargai tinggi dan di mana orang-orang dewasa sedikit membaca, tidak mengembangkan rasa cinta belajar sebesar rasa cinta belajar anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih berorientasi pada prestasi dan membaca. Meskipun demikian pengalaman sekolah positip dan dorongan guru untuk belajar, rasa ingin tahu, dan membaca, pada waktunya dapat mengatasi kekurangan dorongan atau model di rumah dan mengembangkan rasa cinta belajar hampir seperti setiap anak yang lain. Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi, penting untuk berbagai macam tatanan (aturan) dan sulit diubah dalam waktu singkat.
Posted by
Frengki
Mohon Anda perhatikan. Keberhasilan tidak bergantung kepada-atau ditentukan oleh lingkungan Anda, tidak juga oleh tingkat pendidikan, bukan oleh ketersediaan modal dan pasti bukan karena nasib yang diramalkan oleh orang lain. Anda adalah alasan bagi keberhasilan Anda sendiri; maka pastikanlah bahwa Anda memusatkan perhatian Anda kepada diri Anda sendiri. Anda tidak akan menjadi baik bagi siapa pun, bila Anda tidak baik bagi diri Anda sendiri.
Semua pribadi yang super mencapai keberhasilan mereka dengan menggunakan strategi keberhasilan yang sama. Mereka tidak menyalahkan lingkungan dan keadaan apapun yang mereka hadapi. Mereka tidak melemahkan diri dengan membandingkan kesulitan-kesulitan mereka dengan kemudahan yang dinikmati orang lain. Mereka meyakini hukum yang menetapkan bahwa kecemerlangan hidup adalah kepastian bagi mereka yang mengupayakan yang terbaik dari apa pun yang sedang mereka hadapi.
Anda harus merencanakan keberhasilan Anda sendiri. Bila Anda belum mampu untuk mengerjakan yang paling Anda sukai, maka pastikanlah bahwa apa pun yang sedang Anda kerjakan – melayani rencana keberhasilan Anda. Kehidupan Anda adalah jumlah total dari keefektifan keputusan-keputusan Anda; baik yang lalu, yang hari ini, dan yang masih akan Anda buat di masa depan.
Hari ini, buatlah keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih tegas. Anda dinilai orang lain, bukan hanya karena kemampuan Anda, tetapi – lebih akut – karena pilihan keputusan Anda. Orang lain akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar kepada Anda bila Anda tampil lebih-bersungguh-sungguh untuk membuat pilihan-pilihan yang lebih berkualitas bagi kehidupan pribadi dan professional Anda.
Sumber: Mario teguh.asia
Semua pribadi yang super mencapai keberhasilan mereka dengan menggunakan strategi keberhasilan yang sama. Mereka tidak menyalahkan lingkungan dan keadaan apapun yang mereka hadapi. Mereka tidak melemahkan diri dengan membandingkan kesulitan-kesulitan mereka dengan kemudahan yang dinikmati orang lain. Mereka meyakini hukum yang menetapkan bahwa kecemerlangan hidup adalah kepastian bagi mereka yang mengupayakan yang terbaik dari apa pun yang sedang mereka hadapi.
Anda harus merencanakan keberhasilan Anda sendiri. Bila Anda belum mampu untuk mengerjakan yang paling Anda sukai, maka pastikanlah bahwa apa pun yang sedang Anda kerjakan – melayani rencana keberhasilan Anda. Kehidupan Anda adalah jumlah total dari keefektifan keputusan-keputusan Anda; baik yang lalu, yang hari ini, dan yang masih akan Anda buat di masa depan.
Hari ini, buatlah keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih tegas. Anda dinilai orang lain, bukan hanya karena kemampuan Anda, tetapi – lebih akut – karena pilihan keputusan Anda. Orang lain akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar kepada Anda bila Anda tampil lebih-bersungguh-sungguh untuk membuat pilihan-pilihan yang lebih berkualitas bagi kehidupan pribadi dan professional Anda.
Sumber: Mario teguh.asia
Category:
Entrepreneur
0
comments
Posted by
Frengki
Membaca kembali buku Wink and Grow Rich tulisan Roger Hamilton (sudah ada terjemahnya) menyegarkan kembali ingatan akan prinsip-prinsip investasi. Buku ini menarik karena ditulis dalam bentuk cerita, seperti halnya buku klasik Who Moved My Cheese.
Saya ingin investasi, tapi, saya nggak punya uang. Gimana ya?
Begitulah pertanyaan kebanyakan orang. Demikian pula pertanyaan Richard, anak kecil yang ayahnya sedang sakit, dalam cerita itu. Pertanyaan itu dibahas dengan bijak oleh tokoh si Tukang Ledeng (the Plumber), seorang pengusaha yang bekerja dalam bisnis mengurus pipa air.
“Kalau tidak punya uang untuk diinvestasikan, maka investasikanlah waktumu,” demikian pesan si Plumber. Ibarat tetes air, maka setiap hari kita diberi bekal 24 tetes air untuk diinvestasikan. Kebanyakan tetes tersebut dibelanjakan (spent) saja, dan luput untuk diinvestasikan (invest).
Kebanyakan orang menghabiskan 24 jam setiap harinya untuk hal-hal berikut : tidur, makan, mandi, kerja, santai, dan ngobrol-ngobrol. Semua hal itu adalah waktu yang dibelanjakan. Loh, bukankah kerja menghasilkan uang? Ya, kerja memang menghasilkan uang. Namun waktu yang digunakan bekerja pada hakekatnya adalah waktu yang ditukarkan dengan uang. Sifatnya berjangka pendek. Pekerjaan beres, Anda dibayar. Selesai.
Orang-orang yang sukses sekarang ini, dulunya juga tidak punya uang seperti kebanyakan orang lainnya. Bedanya, mereka menginvestasikan waktunya, selain tentu ada yang dibelanjakan. Dimana mereka menginvestasikan waktu? Ada dua tempat, satu adalah untuk menjalin jaringan rekanan (network), dan ke dua untuk meningkatkan kemampuan diri (myself).
Bagi seorang pengusaha pemilik bisnis, kegiatan sehari-hari ibarat menginvestasikan waktu. Ketika dia menemui rekanan atau klien, dia sedang membangun network. Ketika dia mencari solusi masalah klien, dia sedang berinvestasi pada kemampuan diri.
Sebaliknya bagi karyawan, ketika dia mengerjakan tugas pekerjaan, sebenarnya dia hanya menukarkan tenaganya untuk bayaran di akhir bulan. Jadi ini hanya pertukaran. Orang yang ditemui ketika dia bekerja dalam tugas bukanlah network dia (tapi network perusahaan), jadi hal ini tidak disebut investasi.
Loh, bukankah ketika seorang karyawan mencari solusi buat klien itu juga berarti investasi? Ya benar, bila hal tersebut meningkatkan kemampuan diri. Tapi bisa juga tidak, bila kegiatan tersebut hanya untuk digunakan dalam jangka pendek.
Kunci membedakan apakah kegiatan kita merupakan investasi atau sekedar membelanjakan waktu adalah hasil jangka panjang. Kalau kegiatan itu memberikan manfaat jangka panjang, maka itu adalah investasi waktu. Kalau hasilnya hanya jangka pendek (tugas selesai lalu dibayar) maka itu hanyalah pembelanjaan waktu, yaitu pertukaran waktu kita dengan uang.
Bekerja sekaligus berinvestasi
Di setiap pekerjaan ada kesempatan berinvestasi waktu, yaitu ketika secara sadar kita memilih untuk membangun network dan kemampuan diri. Misalnya Anda hobi ngobrol-ngobrol. Kalau hanya ngobrol dengan teman yang itu-itu saja, juga dengan topik sekitar gosip artis saja, maka jelas itu sekedar membelanjakan waktu. Tapi kalau Anda ngobrol dengan orang-orang baru, maka Anda sedang berinvestasi dengan network Anda. Atau mungkin ngobrol dengan teman lama Anda, tapi ngobrol tentang peluang usaha baru, kesempatan kerjasama, atau ngobrol tentang ilmu yang bermanfaat buat mengelola keuangan keluarga Anda misalnya, maka itu adalah investasi waktu.
Saya ingat kisah Peter Lynch, manajer investasi di Fidelity Investment. Dia bercerita bahwa sewaktu mahasiswa dia mencari penghasilan dengan menjadi caddy golf (tukang bantu membawa tongkat golf). Waktu itu di tahun enam puluhan, dan sebagai caddy golf dia bertemu dengan para jutawan yang hobinya main golf. Para jutawan itu sering bicara tentang investasi, maka Peter pun mendapat info-info gratis yang berharga. Suatu ketika dia mendengar bahwa saham Tiger Airlines sedang mengalami peningkatan nilai. Maka dengan uang sekedarnya Peter ikut-ikutan membeli saham Tiger Airlines. Ternyata benar, saham Tiger Airlines naik cukup tinggi sehingga Peter pun mendapat keuntungan besar. Selepas kuliah Peter kemudian masuk ke perusahaan pialang saham, dan terus berkarir sehingga menjadi pemimpin di Fidelity Investment. Peter bekerja sambil berinvestasi waktu. Dia berinvestasi mendekati dunia kaum investor sehingga mendapat peluang dari network (tak langsung) tersebut.
Saya ingat juga kisah seorang teman saya. Dia rajin silaturrahmi menjalin network dengan banyak orang. Suatu ketika dia menghubungkan dua pihak untuk transaksi pembelian alat senilai sekitar 125 ribu dolar. Dia hanya menghubungkan saja tanpa berharap banyak transaksi tersebut terjadi. Eh, ternyata transaksi tersebut benar terjadi. Tiba-tiba dia diberi fee senilai 8000 dolar (kira-kira 70 juta rupiah). Saya kira bagi kebanyakan orang nilai tersebut diraih dengan berbulan-bulan (atau bertahun-tahun) menabung. Sedangkan teman saya meraihnya dalam beberapa jam menjadi pialang. Membangun network adalah bentuk investasi waktu yang sangat baik.
Demikian pula kisah seorang satpam di sebuah perusahaan minyak nasional. Sambil tugas malam, ketika rehat dari berkeliling, dia membuat corat-coret desain ukiran kayu semacam bebek-bebek kayu. Beberapa tahun kemudian dia mengundurkan diri setelah punya gift shop di Kemang dan Plaza Indonesia. Dia telah menginvestasikan waktu untuk kemampuan diri, sementara banyak rekan satpam lainnya hanya membelanjakan waktu untuk pertukaran dengan uang.
Sebuah kisah nyata yang lain. Seorang pengusaha membuka warung ‘sate banteng’, yaitu sate yang memakai daging sapi. Beberapa lama kemudian pemilik warung tidak lagi terlalu berminat untuk mengembangkan warung tersebut. Seorang karyawannya di bagian pembakar sate berminat dengan resep yang digunakan. Maka karyawan tadi kemudian mendirikan warung ‘sate banteng’ dan serius menekuninya. Ternyata laris manis. Warungnya berkembang makin besar, bahkan bisa diwariskan ke anaknya. Karyawan ini berhasil menginvestasikan waktunya untuk belajar membuat sate banteng yang enak. Ilmunya digunakan untuk membuat produk yang bernilai jual. Manfaat ilmunya dirasakan dalam jangka panjang sampai anak cucu.
Mari kita pikirkan sejenak. Dalam sehari ini, berapa jam telah kita investasikan untuk membangun network kita? Berapa jam pula telah kita investasikan untuk diri kita (meningkatkan kemampuan diri yang bernilai jual)? Nihil? Tidak sejam pun? Pantaslah kalau hidup kita tak maju-maju.
Waktu yang Anda pakai bekerja adalah waktu yang Anda belanjakan. Waktu yang Anda pakai untuk membangun network dan meningkatkan nilai jual diri, itulah waktu yang Anda investasikan.
Bagaimana dengan waktu Anda untuk membaca blog? Investasi atau belanja nih?
Diambil dari : http://sepia.blogsome.com/2008/03/22/bagaimana-caranya-investasi-bila-tak-punya-uang/
Saya ingin investasi, tapi, saya nggak punya uang. Gimana ya?
Begitulah pertanyaan kebanyakan orang. Demikian pula pertanyaan Richard, anak kecil yang ayahnya sedang sakit, dalam cerita itu. Pertanyaan itu dibahas dengan bijak oleh tokoh si Tukang Ledeng (the Plumber), seorang pengusaha yang bekerja dalam bisnis mengurus pipa air.
“Kalau tidak punya uang untuk diinvestasikan, maka investasikanlah waktumu,” demikian pesan si Plumber. Ibarat tetes air, maka setiap hari kita diberi bekal 24 tetes air untuk diinvestasikan. Kebanyakan tetes tersebut dibelanjakan (spent) saja, dan luput untuk diinvestasikan (invest).
Kebanyakan orang menghabiskan 24 jam setiap harinya untuk hal-hal berikut : tidur, makan, mandi, kerja, santai, dan ngobrol-ngobrol. Semua hal itu adalah waktu yang dibelanjakan. Loh, bukankah kerja menghasilkan uang? Ya, kerja memang menghasilkan uang. Namun waktu yang digunakan bekerja pada hakekatnya adalah waktu yang ditukarkan dengan uang. Sifatnya berjangka pendek. Pekerjaan beres, Anda dibayar. Selesai.
Orang-orang yang sukses sekarang ini, dulunya juga tidak punya uang seperti kebanyakan orang lainnya. Bedanya, mereka menginvestasikan waktunya, selain tentu ada yang dibelanjakan. Dimana mereka menginvestasikan waktu? Ada dua tempat, satu adalah untuk menjalin jaringan rekanan (network), dan ke dua untuk meningkatkan kemampuan diri (myself).
Bagi seorang pengusaha pemilik bisnis, kegiatan sehari-hari ibarat menginvestasikan waktu. Ketika dia menemui rekanan atau klien, dia sedang membangun network. Ketika dia mencari solusi masalah klien, dia sedang berinvestasi pada kemampuan diri.
Sebaliknya bagi karyawan, ketika dia mengerjakan tugas pekerjaan, sebenarnya dia hanya menukarkan tenaganya untuk bayaran di akhir bulan. Jadi ini hanya pertukaran. Orang yang ditemui ketika dia bekerja dalam tugas bukanlah network dia (tapi network perusahaan), jadi hal ini tidak disebut investasi.
Loh, bukankah ketika seorang karyawan mencari solusi buat klien itu juga berarti investasi? Ya benar, bila hal tersebut meningkatkan kemampuan diri. Tapi bisa juga tidak, bila kegiatan tersebut hanya untuk digunakan dalam jangka pendek.
Kunci membedakan apakah kegiatan kita merupakan investasi atau sekedar membelanjakan waktu adalah hasil jangka panjang. Kalau kegiatan itu memberikan manfaat jangka panjang, maka itu adalah investasi waktu. Kalau hasilnya hanya jangka pendek (tugas selesai lalu dibayar) maka itu hanyalah pembelanjaan waktu, yaitu pertukaran waktu kita dengan uang.
Bekerja sekaligus berinvestasi
Di setiap pekerjaan ada kesempatan berinvestasi waktu, yaitu ketika secara sadar kita memilih untuk membangun network dan kemampuan diri. Misalnya Anda hobi ngobrol-ngobrol. Kalau hanya ngobrol dengan teman yang itu-itu saja, juga dengan topik sekitar gosip artis saja, maka jelas itu sekedar membelanjakan waktu. Tapi kalau Anda ngobrol dengan orang-orang baru, maka Anda sedang berinvestasi dengan network Anda. Atau mungkin ngobrol dengan teman lama Anda, tapi ngobrol tentang peluang usaha baru, kesempatan kerjasama, atau ngobrol tentang ilmu yang bermanfaat buat mengelola keuangan keluarga Anda misalnya, maka itu adalah investasi waktu.
Saya ingat kisah Peter Lynch, manajer investasi di Fidelity Investment. Dia bercerita bahwa sewaktu mahasiswa dia mencari penghasilan dengan menjadi caddy golf (tukang bantu membawa tongkat golf). Waktu itu di tahun enam puluhan, dan sebagai caddy golf dia bertemu dengan para jutawan yang hobinya main golf. Para jutawan itu sering bicara tentang investasi, maka Peter pun mendapat info-info gratis yang berharga. Suatu ketika dia mendengar bahwa saham Tiger Airlines sedang mengalami peningkatan nilai. Maka dengan uang sekedarnya Peter ikut-ikutan membeli saham Tiger Airlines. Ternyata benar, saham Tiger Airlines naik cukup tinggi sehingga Peter pun mendapat keuntungan besar. Selepas kuliah Peter kemudian masuk ke perusahaan pialang saham, dan terus berkarir sehingga menjadi pemimpin di Fidelity Investment. Peter bekerja sambil berinvestasi waktu. Dia berinvestasi mendekati dunia kaum investor sehingga mendapat peluang dari network (tak langsung) tersebut.
Saya ingat juga kisah seorang teman saya. Dia rajin silaturrahmi menjalin network dengan banyak orang. Suatu ketika dia menghubungkan dua pihak untuk transaksi pembelian alat senilai sekitar 125 ribu dolar. Dia hanya menghubungkan saja tanpa berharap banyak transaksi tersebut terjadi. Eh, ternyata transaksi tersebut benar terjadi. Tiba-tiba dia diberi fee senilai 8000 dolar (kira-kira 70 juta rupiah). Saya kira bagi kebanyakan orang nilai tersebut diraih dengan berbulan-bulan (atau bertahun-tahun) menabung. Sedangkan teman saya meraihnya dalam beberapa jam menjadi pialang. Membangun network adalah bentuk investasi waktu yang sangat baik.
Demikian pula kisah seorang satpam di sebuah perusahaan minyak nasional. Sambil tugas malam, ketika rehat dari berkeliling, dia membuat corat-coret desain ukiran kayu semacam bebek-bebek kayu. Beberapa tahun kemudian dia mengundurkan diri setelah punya gift shop di Kemang dan Plaza Indonesia. Dia telah menginvestasikan waktu untuk kemampuan diri, sementara banyak rekan satpam lainnya hanya membelanjakan waktu untuk pertukaran dengan uang.
Sebuah kisah nyata yang lain. Seorang pengusaha membuka warung ‘sate banteng’, yaitu sate yang memakai daging sapi. Beberapa lama kemudian pemilik warung tidak lagi terlalu berminat untuk mengembangkan warung tersebut. Seorang karyawannya di bagian pembakar sate berminat dengan resep yang digunakan. Maka karyawan tadi kemudian mendirikan warung ‘sate banteng’ dan serius menekuninya. Ternyata laris manis. Warungnya berkembang makin besar, bahkan bisa diwariskan ke anaknya. Karyawan ini berhasil menginvestasikan waktunya untuk belajar membuat sate banteng yang enak. Ilmunya digunakan untuk membuat produk yang bernilai jual. Manfaat ilmunya dirasakan dalam jangka panjang sampai anak cucu.
Mari kita pikirkan sejenak. Dalam sehari ini, berapa jam telah kita investasikan untuk membangun network kita? Berapa jam pula telah kita investasikan untuk diri kita (meningkatkan kemampuan diri yang bernilai jual)? Nihil? Tidak sejam pun? Pantaslah kalau hidup kita tak maju-maju.
Waktu yang Anda pakai bekerja adalah waktu yang Anda belanjakan. Waktu yang Anda pakai untuk membangun network dan meningkatkan nilai jual diri, itulah waktu yang Anda investasikan.
Bagaimana dengan waktu Anda untuk membaca blog? Investasi atau belanja nih?
Diambil dari : http://sepia.blogsome.com/2008/03/22/bagaimana-caranya-investasi-bila-tak-punya-uang/
Category:
Entrepreneur
0
comments
Posted by
Frengki
Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
(1991)
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
By:Sutardji Calzoum Bachri
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
(1991)
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
By:Sutardji Calzoum Bachri
Category:
Puisi
0
comments
Posted by
Frengki
Sistem komunikasi Wireless Local Loop (WLL) menggunakan gelombang radio sebagai pembawa sinyal, menggantikan jaringan kabel pada sistem konvensional.
WLL memberikan beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Daya jangkau,
2. Kemudahan instalasi,
3. Biaya pemeliharaan yang rendah,
4. Fleksibilitas kapasitas dan
5. Biaya operasi yang lebih rendah.
6. WLL dapat memiliki kapasitas dan kualitas sebanding dengan sistem kabel biasa.
WLL memiliki beberapa kelernahan, diantaranya:
1. Keterbatasan kapasitas sambungan,
2. Kenempatan lokasi perangkat dan
3. Adanya propagasi antena serta redaman terhadap sinyal yang dipancarkan oleh perangkat-perangkatnya.
Dalam tesis ini dibahas upaya meminimasi kelemahan kelemahan tersebut melalui perencanaan penentuan jumlah dan penempatan perangkat-perangkat WLL secara optimal. Penentuan lokasi perangkat WLL yang terdiri dari Sentral Lokal, Base Station, Repeater dan Cell Station dilakukan di satu kawasan demand. Perencanaan dimulai Bari penentuan kapasitas efektif base station dan cell station. Dengan waktu panggil rata-rata yang diinginkan sebesar 3 merit, jumlah kapasitas maksimum yang dapat ditangani oleh setiap base station pada tingkat GOS 1% dan 60 kanal adalah 937 pelanggan. Jika setiap base station hanya menangani 16 cell station, kapasitas setiap cell stationnya adalah 58 pelanggan. Dengan demikian, 3360 calon pelanggan dapat dilayani oleh 4 base station. Menggunakan metoda pemrograman bilangan bulat, jumlah cell station yang diperlukan untuk mencatu keseluruhan calon pelanggan diperoleh 63 bush pada 44 cell raster.
Teknologi WLL berbasis pada sistem selular, sehingga pada penerapannya sistem WLL dibagi dalam 2 sistem, yaitu analog dan digital. Untuk sistem WLL analog menggunakan teknologi akses FDMA, sedangkan untuk sistem digital ada 3 standar teknologi akses radio, yaitu: TDMA, E-TDMA, dan CDMA.
WLL memberikan beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Daya jangkau,
2. Kemudahan instalasi,
3. Biaya pemeliharaan yang rendah,
4. Fleksibilitas kapasitas dan
5. Biaya operasi yang lebih rendah.
6. WLL dapat memiliki kapasitas dan kualitas sebanding dengan sistem kabel biasa.
WLL memiliki beberapa kelernahan, diantaranya:
1. Keterbatasan kapasitas sambungan,
2. Kenempatan lokasi perangkat dan
3. Adanya propagasi antena serta redaman terhadap sinyal yang dipancarkan oleh perangkat-perangkatnya.
Dalam tesis ini dibahas upaya meminimasi kelemahan kelemahan tersebut melalui perencanaan penentuan jumlah dan penempatan perangkat-perangkat WLL secara optimal. Penentuan lokasi perangkat WLL yang terdiri dari Sentral Lokal, Base Station, Repeater dan Cell Station dilakukan di satu kawasan demand. Perencanaan dimulai Bari penentuan kapasitas efektif base station dan cell station. Dengan waktu panggil rata-rata yang diinginkan sebesar 3 merit, jumlah kapasitas maksimum yang dapat ditangani oleh setiap base station pada tingkat GOS 1% dan 60 kanal adalah 937 pelanggan. Jika setiap base station hanya menangani 16 cell station, kapasitas setiap cell stationnya adalah 58 pelanggan. Dengan demikian, 3360 calon pelanggan dapat dilayani oleh 4 base station. Menggunakan metoda pemrograman bilangan bulat, jumlah cell station yang diperlukan untuk mencatu keseluruhan calon pelanggan diperoleh 63 bush pada 44 cell raster.
Teknologi WLL berbasis pada sistem selular, sehingga pada penerapannya sistem WLL dibagi dalam 2 sistem, yaitu analog dan digital. Untuk sistem WLL analog menggunakan teknologi akses FDMA, sedangkan untuk sistem digital ada 3 standar teknologi akses radio, yaitu: TDMA, E-TDMA, dan CDMA.
Category:
Komunikasi Bergerak
0
comments
Posted by
Frengki
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !
Memahami Puisi, 1995
By :Sutardji Calzoum Bachri
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !
Memahami Puisi, 1995
By :Sutardji Calzoum Bachri
Category:
Puisi
0
comments