Hampir di seluruh dunia, produk minuman energi kini menjamur. Di Inggris, misalnya, kebutuhan terhadap minuman ini terus meningkat. Setiap tahun, tak kurang 330 juta liter minuman energi membasahi tenggorokan warganya. Nilainya diestimasi mencapai 1 miliar pound.
Belakangan, meluncur pula produk baru Red Bull dengan kandungan kafein dua kali lipat. Produk ini, kabarnya, diperkirakan akan menjadi pemain penting di pasar minuman energi.
Persoalannya adalah, keamanan dan pemasaran produk-produk semacam ini masih menghadirkan tanda anya. Ini terkait pula dengan rencana peluncuran minuman terbaru bernama Cocaine dalam waktu dekat ini.
Minuman tersebut masih menunggu izin dan pengesahan dari Dewan Standar Makanan dan Standar Perdagangan di Inggris. Kecuali namanya yang kontroversial, minuman dingin nonalkohol beraroma lemon itu juga dipenuhi dengan kafein.
Tahun lalu, peluncuran produk yang hampir sama, dibatalkan di Inggris. Namanya, Cocaine Energy Drink. Di Amerika Serikat pun, minuman dengan nama yang sama, juga dilarang.
“Ini lebih dari sekadar niat mengejutkan pasar dengan cara provokatif dan sinis. Kebanyakan anak muda akan melihatnya melalui branding. Tapi, mengabaikan obat-obatan terlarang secara ilegal yang bisa menyebabkan kerusakan, tidaklah membantu, tidak pula cara yang cerdas,” kata Martin Barnes, kepala DrugScope, sebuah yayasan tentang narkoba.
Ada kekhawatiran, anak-anak muda yang tergila-gila dengan minuman baru itu, bisa mempertaruhkan kesehatan mereka. Minuman dengan kafein yang tinggi kini laku keras karena anak-anak muda yang gemar clubbing menginginkannya untuk meningkatkan energi. Padahal, di negara-negara seperti Norwegia, Uruguay, dan Denmark, Red Bull dilarang karena alasan kekhawatiran terhadap kesehatan.
Minuman kaleng Red Bull berisi 250 ml itu hanya mengandung 80 mg kafein. Artinya, hanya sedikit di atas secangkir kopi instan. Tapi, faktanya menunjukkan banyak anak-anak muda mendapat pengaruh buruk, bahkan sampai meregang nyawa, setelah meminumnya berkaleng-kaleng.
Betul, semuanya juga tergantung pada reaksi tubuh masing-masing orang terhadap kafein. Sebagian ada yang sensitif terhadap stimulan itu. Artinya, meskipun minum sedikit saja, masih bisa memicu debaran jantung dan meningkatkan tekanan darah.
Sejumlah studi juga meningkatkan peringatan terhadap penggunaan minuman energi yang terlalu banyak sebelum menjalani latihan kebugaran. Awal tahun ini, seorang pembalap motor di Australia mengalami serangan jantung setelah mengkonsumsi tujuh kaleng Red Bull sebelum balapan.
Tahun lalu, sejumlah ahli di Rumah Sakit Henry Ford, Detroit, meminta pasien masalah jantung untuk menghindari minuman energi. Pasalnya, hal tersebut bisa memacu debar jantung dan tekanan darah.
Penelitian lainnya di Pusat Riset Cardiovascular di Adelaide, Australia, memunculkan kekhawatiran lain. Menurut penelitian itu, sekaleng Red Bull bebas gula, bisa menyebabkan efek terhadap jantung dalam 60 menit.
Mereka memberikan 30 orang minuman dan mengujinya sejam kemudian. Hasilnya, mereka menemukan mengentalnya darah, sama seperti yang mereka temukan pada pasien dengan masalah jantung.
Toh, juru bicara Red Bull Australia, memicingkan mata terhadap penelitian itu. “Studi itu tak menunjukkan efek yang lebih jauh daripada meminum secangkir kopi,” katanya.
Minuman energi dengan kadar yang tinggi juga dipersalahkan atas sikap buruk para pelajar. Sejumlah sekolah di Inggris, belum lama ini, melarang minuman semacam Red Bull dan 925 Energy Shot yang mengandung konten kafein tinggi.
sumber: http://www.inilah.com
No comments:
Post a Comment
Comment